Jenglot: Benda Hidup atau Mati?
KECIL, tidak bergerak, tidak bernafas, memiliki rambut panjang, kuku panjang dan gigi bertaring. Mahluk ini tidak terlihat seperti benda hidup, akan tetapi saat salah satu rambutnya di teliti, terdapat akar di ujung rambut tersebut, layaknya rambut manusia. Anehnya, kuku dan rambutnya itu memang hidup, walaupun panjangnya tidak secepat memanjangnya rambut manusia, tetapi rambut dan kuku mahluk itu benar-benar hidup.
Mahluk yang Rileks.com gambarkan diatas adalah mahluk yang bernama Jenglot. Mahluk kecil yang dikatakan sebagai salah satu mahluk gaib. Sosok mahluk ini menyerupai manusia, walaupun dalam struktur tubuhnya tidak ditemukan organ-organ layaknya seorang manusia seperti tulang, jantung, paru-paru dan lain-lain. Jadi ia tidak dapat dikatakan sebagai mahluk hidup. Perbedaannya lagi adalah karena mahluk hidup membutuhkan makanan dan minuman untuk bertahan, sementara mahluk ini hanya membutuhkan setetes darah dan minyak wangi untuk menyambung hidup mereka, atau mungkin lebih cenderung dikatakan untuk menyenangkan mereka, seperti vampire ya...
Anyways, banyak orang percaya bahwa mahluk yang bernama Jenglot itu, tadinya adalah manusia, atau lebih tepatnya seorang pertapa yang belajar ilmu kanuragan bernama "Bethara Karang". Ilmu Bethara Karang tersebut diyakini sebagai ilmu tentang keabadian, jadi seseorang yang mempelajari ilmu tersebut tidak dapat mati. Setelah itu, sang pertapa menjadi emosional dan merasa sebagai jawara. Tak pelak, tubuhnya pun menyusut, hingga akhirnya mengecil. Empat taring kemudian tumbuh memanjang, tak sebanding dengan lebar mulutnya. Katanya, itu sebagai lambang keganasan dan sifat liar sang "monster``. Ilmu "Bethara Karang" tersebut termasuk dalam ilmu hitam, oleh karena itu jasad mereka memang tidak diterima bumi, sementara roh mereka pun tidak diterima di akhirat.
Mahluk yang tubuhnya tak lebih dari 12 cm tersebut memang berbentuk seperti mumi, tetapi saat sang pemilik memberikan darah sebanyak 3 cc dan minyak wangi, sesajen yang mereka sajikan biasanya berkurang dari 50 sampai 60 persen. Mereka juga meyakini bahwa dalam Jenglot tersebut tersimpan sejumlah energi yang hanya bisa dideteksi oleh kekuatan supranatural.
Memang banyak orang yang kurang percaya bahwa Jenglot memiliki kekuatan supranatural, tetapi pernah suatu ketika, saat jenglot-jenglot tersebut dipamerkan, ada pengunjung yang memiliki ilmu tenaga dalam atau tenaga supranatural mencoba menjajal kekuatan jenglot tersebut dan hasilnya malah terpental. Ini terjadi beberapa kali, hasilnya? Semua yang mencoba kekuatan jenglot tersebut terpental. Apakah ini bukti bahwa Jenglot memiliki kekuatan dalam diri mereka? Sulit untuk membuktikan hal itu, terutama bagi orang awam, ataupun orang yang tidak memiliki kekuatan gaib atau tenaga dalam. Saat pengunjung yang tidak memiliki kekuatan tersebut ingin mencoba dengan meremukan Jenglot, panitia pameran tidak memperbolehkan hal itu. "Jangankan diremas oleh orang tua, oleh anak kecil pun jenglot pasti remuk," ungkap salah seorang panitia pameran.
Biasanya mahluk yang dikatakan hidup pasti akan melakukan suatu gerakan, tetapi Anda jangan pernah berharap untuk melihat jenglot bergerak, atau bahkan meloncat-loncat kesana kesini. Itu tidak akan ada gunanya karena gerakan yang dilakukan jenglot tersebut biasanya hanya gerakan kecil yang tidak terlihat, mungkin bila Anda memasang kamera pengintai untuk mengintai mahluk tersebut 24 jam, baru Anda akan melihat gerakan jenglot-jenglot tersebut.
Lalu pernyataan bahwa jenglot tersebut tadinya manusia, adalah sesuatu hal yang sulit untuk diterima. Karena hal itu, beberapa peneliti memutuskan untuk memeriksa dan menganalisis apakah jenglot itu sebenarnya. Pernah disebutkan dalam satu majalah terkemuka di Indonesia tentang penelitian hal itu. Penelitian yang dilakukan Dokter Djaja Surya Atmaja, PhD, dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa contoh kulit Jenglot yang diperiksa memiliki karakteristik sebagai DNA (deoxyribosenucleic acid) manusia. "Saya kaget menemui kenyataan ini," kata Djaja, doktor di bidang DNA forensik lulusan Kobe University, Jepang, 1995. Namun Djaja menolak anggapan seolah ia mengakui Jenglot sebagai manusia. "Tapi sampel yang saya ambil dari Jenglot menunjukkan karakteristik manusia," katanya.
Adapun sampelnya berupa sayatan kulit Jenglot berukuran setengah luas kuku, yang mengelupas dari lengannya. Contoh kulit itulah yang kemudian ditelitinya di Laboratorium RSCM atas prakarsa dan biaya pribadi. Spesimen seirisan kulit bawang itu kemudian diekstraksi agar DNA-nya keluar dari inti sel. DNA merupakan material genetik berupa basa protein panjang yang membangun struktur kromosom.
Pada inti sel manusia terdapat 23 pasang kromosom. Masing-masing bisa dipenggal-penggal menjadi banyak lokus, satu unit yang membangun sifat bawaan tertentu. Djaja memeriksa DNA Jenglot pada lokus nomor D1S80 dari kromosom 1 dan HLA-DQA1 dari kromosom 5, serta lima lokus khusus lain dengan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemeriksaan HLA-DLA-DQA1 memberikan hasil positif. Artinya, spesimen Jenglot itu berasal dari keluarga primata -bisa monyet, bisa pula manusia. Namun dari penyelidikan atas lokus D1S80, Djaja mendapat kepastian bahwa sampel DNA itu berkarakteristik sama dengan manusia. Temuan mengejutkan itu diperkuat dengan kajian mesin PCR. "Hasilnya begitu, saya harus bilang apa," kata satu-satunya ahli DNA forensik Indonesia berusia 37 tahun itu. Sayangnya sang pemilik Jenglot tidak memperbolehkan para peneliti untuk mengotopsi benda tersebut lebih lanjut karena menganggap bahwa ia adalah mahluk hidup.
Jumat, 14 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar