Sebagian sebab terjerumusnya seseorang ke dalam kemaksiatan dan dosa
adalah keyakinannya bahwa Allah maha baik/pemurah dan maha pengampun. Hati
kecilnya berkata, "Sekarang aku bermaksiat, setelah ini aku segera
bertaubat, sungguh Allah maha pengampun…, toh Allah Maha baik…, Allah tidak
menyegerakan hukuman dan adzab…"
Ini adalah tipuan syaitan, dengan tipuan ini syaitan telah membinasakan
banyak hamba-hamba Allah…, memudahkan mereka terjerumus dalam kemaksiatan…,
menjadikan mereka memandang remeh dosa-dosa, karena dengan alasan "Allah
maha pemurah dan maha pengampun…".
Allah berfirman
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
Hai
manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu yang Maha Pemurah. (QS
Al-Infithoor : 6)
Sebagian
salaf menafsirkan ayat ini dengan menjelaskan bahwa diantara sebab seorang anak
Adam durhaka dan bermaksiat kepada Allah adalah terpedayanya dia dengan baiknya
Allah.
وقيل للفضيل بن عياض: لو أقامك الله سبحانه يوم القيامة، وقال: ما غرَّك بربك الكريم، ماذا كنت تقول؟
قال:
أقول: غَرَّنِي سُتُوْرُكَ الْمُرْخَاةُ
Dikatakan
kepada Al-Fudhoil bin 'Iyaadh, "Seandainya Allah menyidangmu pada hari
kiamat dan berkata : "Apakah yang membuatmu terpedaya sehingga durhaka
kepadaKu"?. Fudhail berkata, "Aku berkata, "Tirai-Mu yang Engkau
ulurkan" (Zaadul Masiir li Ibnil Jauzi 4/411 dan Tafsir Ibnu Katsir 8/342)
Maksud Fudhail rahimahullah, yaitu sebab maksiat adalah baiknya Allah yang menutup aib-aib hambanya, seperti tirai yang diulurkan yang menutupi dosa-dosa hamba dari pandangan manusia. Seandainya setiap dosa dibongkar oleh Allah maka tidak akan ada yang berani bermaksiat karena malu. Akan tetapi –dengan kebaikanNya- Allah menutup aib-aib mereka.
Maksud Fudhail rahimahullah, yaitu sebab maksiat adalah baiknya Allah yang menutup aib-aib hambanya, seperti tirai yang diulurkan yang menutupi dosa-dosa hamba dari pandangan manusia. Seandainya setiap dosa dibongkar oleh Allah maka tidak akan ada yang berani bermaksiat karena malu. Akan tetapi –dengan kebaikanNya- Allah menutup aib-aib mereka.
وقال
أبو بكر الوراق: لو قال لي: {ما غرك بربك الكريم} لَقُلْتُ: غَرَّنِي كَرَمُ
الْكًرِيْمِ
Abu
Bakar Al-Warrooq berkata, "Kalau seandainya Allah berkata kepadaku,
"Apa yang membuatmu durhaka kepada Robmu Yang Pemurah/Baik"?, maka
aku akan berkata, "Aku terpedaya dengan kebaikan Dzat Yang Maha
Baik/Pemurah" (Tafsir Ibnu Katsir 8/342)
وقال
يحيى بن معاذ: لو قال لي: ما غرك بي؟ قلت: بِرُّك سالفاً وآنفا
Yahya
bin Mu'adz berkata, "Seandainya Allah berkata kepadaku, "Apakah yang
membuatmu terpedaya (sehingga durhaka) kepadaKu?" Aku menjawab,
"KebaikanMu yang telah lalu dan yang akan datang" (Zaadul Masiir li
Ibnil Jauzi 4/411)
Yaitu
seseorang yang bermaksiat terkadang dan sering tetap saja diberi kenikmatan
oleh Allah, hal ini terkadang menjadikannya lupa sehingga menyangka bahwa ia
akan terus aman mendapatkan kebaikan Allah meskipun ia tetap bermaksiat. Maka
sungguh ia telah terpedaya…
Al-Baidowi
berkata dalam tafsirnya tentang ayat di atas :
والإِشعار
بما به يغره الشيطان، فإنه يقول له : "افعل ما شئت فربك كريم لا يعذب أحداً
ولا يعاجل بالعقوبة"
والدلالة على أن كثرة كرمه تستدعي الجد في طاعته
لا الانهماك في عصيانه اغترارا بكرمه
"…pemberitahuan
tentang apa yang menyebabkan seseorang terpedaya oleh syaitan, karena syaitan
berkata kepadanya : "Lakukanlah apa yang kau kehendaki, sesungguhnya Robmu
Maha Baik, ia tidak akan mengadzab seorangpun, Robmu tidak menyegerakan
hukuman". Padahal seharusnya indikator yang menunjukkan banyaknya kebaikan
Allah melazimkan kesungguhan dalam ketaatan kepadaNya dan bukan malah asyik dan
tekun dalam bermaksiat kepadanya karena terpedaya dengan kebaikanNya"
(Anwaar At-Tanziil 5/292)
Seorang Penyair berkata :
Seorang Penyair berkata :
بِكَ
أَسْتَجِيْرُ وَمَـنْ يُجِيْرُ سِوَاكَـا * * * فَأَجِرْ ضَعِيْفـاً يَحْتَمِي
بِحِمَاكَـا
Kepada
Engkaulah aku memohon perlindungan, dan siapakah yang bisa memberi keselamatan
selainMu…
Maka
selamatkanlah hambaMu yang lemah yang berlindung dengan perlindunganMu…
إِنِّي
ضَعِيْفٌ أَسْتَعِيْنُ عَلـى قَوَى * * * ذَنْبِي وَمَعْصِيَتِي بِبَعْـضِ
قَوَاكَـا
Sesungguhnya
aku lemah, aku memohon pertolongan sebagian kekuatanMu, untuk menghadapi
kuatnya (dorongan) dosa dan kemaksiatanku…
أَذْنَبْتُ
يَـا رَبِّي وَآذَتْنِـي ذُنُـوْبٌ * * * مَالَهَـا مِـنْ غَافِـرٍ إِلاَّكَــا
Aku
telah berbuat dosa ya Robku…, dosa-dosaku telah menyakitiku…tidak ada yang bisa
mengampuninya kecuali Engkau…
دُنْيَـايَ غرَّتْنِي وَعَفْـوُكَ غرَّنِـي * * * مَا حِيْلَتِـي فِي هَـذِهِ أَوْ ذَاكَـا
Duniaku
telah menipuku…ampunanMu telah menjadikan aku terpedaya…
Apakah
jalan keluar untuk menghadapi keduanya…??
لَوْ أَنَّ قَلْبِي شَكَّ لَـمْ يَكُ مُؤْمِـناً * * * بِكَرِيْمِ عَفْوِكَ مَا غَـوَى وَعَصَاك
Kalau
seandainya hatiku ragu dan tidak percaya dengan mulianya ampunanMu, maka tentu
hatiku tidak (nekat) sesat dan tidak bermaksiat kepadamu…
Sungguh
benar perkataan penyair di atas, hati terpedaya dengan luasnya kebaikan dan
ampunan Allah, dengan bersandar kepada luasnya ampunan dan kebaikan Allah maka
malah semakin berani bermaksiat. Sungguh ini merupakan tipuan syaitan.
Seharusnya
seseorang berkata kepada dirinya :
-
Tidakkah engkau takut mendapati husnul khootimah, meninggal dalam kondisi
bermaksiat?. Bukankah telah banyak orang yang meninggal dalam kondisi sedang
bermaksiat kepada Allah..
-
Memang Allah maha pengampun, akan tetapi lupakah engkau bahwa adzab Allah dan
siksaanNya sangatlah pedih…??
-
Siapa yang bisa menjamin dirimu bahwa setelah engkau bermaksiat engkau akan
segera bertaubat?? Justru bisa jadi engkau malah terus berlezat-lezat dalam
kemaksiatan…
-
Kalaupun engkau akan bertaubat setelah bermaksiat, siapa yang bisa menjamin
bahwa engkau masih diberi sisa umur setelah bermaksiat untuk bertaubat…?
Namun
tentu tidak diragukan bahwa Allah maha baik, maha mengabulkan doa, maha
penerima taubat hamba-hambaNya. Maka barangsiapa yang telah terjerumus dalam
kemaksiatan maka hendaknya segera bertaubat dan Allah pasti menerima taubatnya
jika syarat taubatnya terpenuhi….
(Abu Abdil Muhsin Firanda)
0 komentar:
Posting Komentar