Masa muda
adalah masa energik, masa produktif, masa untuk merasakan kelezatan ibadah.
Dari Abdullah bin 'Amr bin Al-'Aash radhiallahu 'anhu ia berkata ;
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ؟ " قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: "فَلَا تَفْعَلْ نَمْ وَقُمْ وَصُمْ وَأَفْطِرْ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَإِنَّ لِزَوْجَتِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku
: "Bukankah aku dikabarkan bahwasanya engkau (senantiasa) berpuasa
(sunnah) di siang hari dan engkau sholat malam suntuk?".
Aku (Abdullah bin 'Amr) berkata : "Tentu benar".
Aku (Abdullah bin 'Amr) berkata : "Tentu benar".
Beliau
berkata, "Janganlah kau lakukan, bangun untuk sholat malam-lah dan tidurlah
!,
berpuasalah
dan berbukalah !, karena sesungguhnya tubuhmu punya hak yang harus kau
tunaikan,
tamumu punya hak yang harus kau tunaikan, dan istrimu punya hak yang harus kau
tunaikan"
Sejarah
telah mengabadikan sikap-sikap hebat para pemuda yang mengenal Rob mereka,
berpegang teguh dengan agama mereka, maka Al-Qur'an pun mengabadikan kenangan
mereka. Allah berfirman tentang Ibrahim 'alaihis salam
قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
Mereka
(para penyembah berhala) berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang
mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ".(QS Al-Anbiyaa : 60)
Allah berfirman tentang para pemuda Ashabul Kahfi
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ
هُدًى (١٣) وَرَبَطْنَا
عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
لَنْ نَدْعُوَ
مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا (١٤(
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami
meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata,
"Tuhan Kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; Kami sekali-kali tidak
menyeru Tuhan selain Dia, Sesungguhnya Kami kalau demikian telah mengucapkan
Perkataan yang Amat jauh dari kebenaran". (QS Al-Kahfi 13-14)
Para pemuda adalah kekuatan
umat, harapan masa depan, mereka memiliki kedudukan dalam Islam. Dan diantara 7
golongan yang dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari tidak ada
naungan
kecuali naungan-Nya, adalah –sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
شَابٌّ
نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ
"Pemuda
yang tumbuh di atas ibadah kepada Allah"
Masa muda
adalah pancaran sinar yang mempengaruhi masyarakat, adalah tekad dan kekuatan,
semangat dan darah muda, yang sifat-sifat ini mengharuskan seorang pemuda untuk
mengatur kehidupannya dengan kepemimpinan yang dibangun di atas pribadi yang
bijak. Mengontrol jiwa dan mengekang hawa nafsunya, serta mengarahkan jiwanya
kepada kebaikan dan kemenangan. Pribadi yang bijak yang bisa menggariskan
tujuan-tujuan yang mengarahkan ambisinya, sehingga mengangkatnya ke tangga
kejayaan, menjadikannya berperan dalam kehidupan dan memiliki visi di atas muka
bumi.
Jika kehidupan pemuda hampa dari visi dan tujuan maka jadilah kehidupannya tanpa arti, perhatiannya menjadi kurang.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (٦٤
Dan
Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya
akhirat Itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.
(QS
Al-Ankabuut : 64)
Waktu merupakan aset termahal yang dimiliki oleh para pemuda dalam kehidupannya. Dalam waktu, seorang pemuda menanamkan harapannya dan merealisasikan tujuannya. Waktunya diisi dengan ilmu yang bermanfaat, dengan amal sholeh, dengan ibadah dan ketaatan, disertai wawasan yang bermanfaat, dan dalam visi-visi yang membuahkan hasil dan produktivitas yang bermanfaat, dan amalan-amalan yang meluruskan tingkah lakunya dan mengangkat kehidupannya. Waktu diisi dengan keahlian-keahlian yang mengembangkan bakatnya dan pekerjaan yang membangun masa depannya.
Jika
waktu menjadi kosong dari visi dan tujuan yang tinggi, maka akan masuklah
pemikiran-pemikiran yang keliru, maka tersibukanlah sang pemuda dengan
perkara-perkara yang sia-sia, dengan memikirkan perkara-perkara yang rendahan,
serta semakin menguat dorongan untuk menyimpang.
Waktu kosong adalah tanah yang subur untuk menabur benih-benih kotoran dan kesesatan. Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata :
وَالنَّفْسُ إِنْ لَمْ تُشْغِلْهَا بِالْحَقِّ شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
"Dan
jika engkau tidak menyibukkan jiwamu dengan kebenaran maka ia akan
menyibukkanmu dengan kebatilan"
Diantara hal yang berbahaya adalah membuang-buang waktu untuk browsing halaman-halaman situs-situs internet dan media sosial yang merusak akidah, mempengaruhi tingkah laku, menggoncang akhlak, serta melemahkan hubungan tali kekeluargaan, dan mengantarkan pada sikap menyendiri dan menjauh dari masyarakat. Dan dampak dari hal ini sudah jelas dan diketahui.
Pemuda menghadapi makar yang dihembuskan oleh musuh-musuh, dengan menampilkan umbaran syahwat-syahwat yang haram, serta pengobaran gejolak syahwat yang merusak karakter pribadinya, menyia-nyiakan masa depannya, menghancurkan masa mudanya, dan terhamparkannya sang pemuda di medan kebingungan dan kesesatan. Serta memalingkannya dari perhatian terhadap visi dan tujuan-tujuan yang tinggi, dari perkara-perkara kemasyarakatan dan urusan umat, memalingkannya dari mentarbiyah dirinya dengan al-Qur'an dan pengisian hatinya dengan keimanan serta menempuh jalan orang-orang sholeh, demikian juga memalingkannya dari melampiaskan syahwatnya dengan cara-cara yang disyariatkan yang mewujudkan kebahagiaannya dan kemuliaannya.
Pernikahan bagi pemuda merupakan kebutuhan secara fitroh, merupakan ketenteraman jiwa, dan benteng penjaga akhlak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu maka menikahlah, dan barangsiapa yang tidak mampu maka berpuasalah, karena puasa menjadi perisai baginya"
Menunda-nunda pernikahan (padahal sudah mampu) menimbulkan dampak-dampak buruk yang berkaitan dengan perangai, psikologi, dan sosial. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِينَهُ فَزَوِّجُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوه تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
"Jika
datang pada kalian lelaki yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah
ia, jika kalian tidak melakukannya maka akan timbul fitnah di atas muka bumi
dan kerusakan yang besar"
Pemuda
butuh untuk menimbang antara akal dan perasaannya dalam menghadapi kehidupan.
Masa muda digoyang oleh perasaan-perasaan yang menggeret. Bisa jadi
mempengaruhi masa depannya jika tidak tunduk di bawah cahaya al-Qur'an.
Menjadikan akal dan perasaan -yang bergelora dan tidak mengerti- sebagai
penentu keputusan, bisa mengantarkan sang pemuda kepada sikap ekstrim
(berlebih-lebihan) atau sebaliknya atau mengantarkan kepada
penyimpangan.
Gejolak perasaan cinta para pemuda hendaknya dihadapi dengan penuh perhatian dalam keluarga, memberikan kasih sayang dan kehangatan terhadap mereka, serta mendidik mereka untuk menjaga diri, menundukan pandangan, dan malu kepada Allah.
Dari Jarir bin Abdillah radhiallahu 'anhu ia berkata :
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ نَظْرَةِ الْفُجَاءَةِ، فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي
Aku
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang pandangan
tiba-tiba, maka Rasulullah memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku (HR
At-Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
يا عليُّ
لَا تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ، فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى، وَلَيْسَتْ لَكَ
الْآخِرَةَ
"Wahai
Ali, janganlah engkau mengikutkan pandangan dengan pandangan yang lain,
sesungguhnya boleh bagimu pandangan pertama, dan tidak boleh bagimu pandangan
berikutnya" (HR Abu Dawud)
Diantara penopang pemuda dalam membangun kepribadiannya yang kuat adalah hubungan yang erat dengan keluarganya. Hal ini merupakan benteng baginya dan tempat perlindungan baginya serta tempat bernaungnya yang menyediakan ketentraman hati dan ketenangan, serta rileksnya pikiran. Keluarga merupakan tempat memperoleh nasehat dan arahan, sarapan rohani, serta pengokohan kepribadian.
Hilangnya
hubungan yang erat dengan keluarga atau menyepelakannya serta lemahnya hubungan
para ayah dengan anak-anak menjadikan para pemuda terdampar di tempat-tempat
asuhan yang tidak jelas, gelombang-gelombang keras yang menghantam akal pikiran
mereka, yang bisa jadi menjerumuskan mereka ke lembah-lembah yang jauh.
Nasehat dan pengarahan merupakan makanan rohani dalam kehidupan pemuda, pembawa kebahagiaan baginya, dan Al-Qur'an telah menekankan hal ini karena urgensinya dalam membina kepribadiannya, serta pengamanan langkah perjalanannya di dunia. Dalam wasiat Luqman kepada anaknya :
Nasehat dan pengarahan merupakan makanan rohani dalam kehidupan pemuda, pembawa kebahagiaan baginya, dan Al-Qur'an telah menekankan hal ini karena urgensinya dalam membina kepribadiannya, serta pengamanan langkah perjalanannya di dunia. Dalam wasiat Luqman kepada anaknya :
(وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS
Luqman : 13)
Luqman
juga berkata :
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ
وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ
الأمُورِ (١٧(
(Luqman
berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman : 16-17)
Bekerjanya seorang pemuda dengan berusaha di penjuru bumi merupakan harga diri dan kemuliaan bagi keluarganya, dan ini merupakan hasil kerjaan yang terbaik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya :
Bekerjanya seorang pemuda dengan berusaha di penjuru bumi merupakan harga diri dan kemuliaan bagi keluarganya, dan ini merupakan hasil kerjaan yang terbaik. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya :
أَيُّ
الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ، وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
"Perkerjaan
apa yang terbaik?", Nabi berkata, "Pekerjaan seseorang dengan
tangannya sendiri, dan semua transaksi yang baik" (HR Al-Bazzaar dan
dishahihkan oleh Al-Hakim)
Dan Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan pekerjaan mengumpulkan kayu bakar lalu
menjualnya itu lebih baik bagi seseorang dari pada meminta-minta kepada
manusia, diberikan atau tidak diberikan oleh manusia.
Umar radhiallahu 'anhu berkata,
أَرَى
الْفَتَى فَيُعْجِبُنِي، فَإِذَا قِيْلَ لاَ حِرْفَةَ لَهُ سَقَطَ مِنْ عَيْنِي
"Aku
melihat seorang pemuda maka menjadikan aku kagum, namun ketika dikatakan
bahwasanya ia tidak memiliki pekerjaan maka jatuhlah ia dari mataku"
Beliau juga berkata :
لاَ
يَقْعُدَنَّ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ وَهُوَ يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ
ارْزُقْنِي، فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ لاَ تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلاَ
فِضَّةً
Janganlah
sekali-sekali seseorang dari kalian duduk aja tidak mencari rizki lalu berkata,
"Ya Allah berilah rizki kepadaku". Padahal kalian telah tahu
bahwasanya langit tidaklah menurunkan hujan emas dan hujan perak"
Seorang
pemuda yang semangat akan menjauhi pengangguran, ia menerima pekerjaan apapun
jenisnya tanpa merendahkan keahlian tertentu atau pekerjaan tertentu. Dan
masyarakat dituntut untuk memudahkan perkerjaan yang sesuai serta jalan-jalan
mata pencaharian, sehingga menjadikan pemuda salah satu unsur yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan juga bagi masyarakat.
Hendaknya seorang pemuda dalam kondisi diam dan berpindah, dalam kondisi muqim maupun safar, agar tetap bangga dengan agamanya, merasa jaya dengan kepribadiannya (sebagai seorang muslim), merasa tinggi dengan aqidah Islamnya, dan tidak malu untuk menampakkannya, serta meninggalkan ikatan taqlid dan ikut-ikutan. Allah berfirman ;
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
Padahal
kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin
(QS
Al-Munafiqun : 8)
Sikap tenang pada diri seorang pemuda adalah perangai yang terpuji, tabi'at yang bisa diusahakan, serta bentuk kekuatan yang terbina dari akal yang kuat. Adapun sikap keras dalam bermu'amalah, mudah emosional dalam tingkah laku, mudah membalas dendam dengan ngawur, maka ini semua merupakan sikap-sikap yang berbahaya, dan juga merupakan sikap-sikap kesetanan. Dampaknya berbahaya bagi para pemuda dan menyia-nyaiakan energi mereka, dan bisa jadi menjadi bumerang bagi mereka.
Hendaknya para pemuda di masa mudanya dan masa energiknya untuk mengambil
pelajaran sunnatullah yang berlaku dalam kehidupan, perubahan-perubahan
kondisi, serta berlalunya hari-hari. Hendaknya ia menggunakan kesempatan masa
mudanya sebelum tiba masa tuanya, masa sehatnya sebelum tiba masa sakitnya.
Jika tidak, maka ia akan terpedaya dengan kondisi mudanya, karena masa muda
akan diakhiri dengan masa tua, dan kekuatan ujungnya adalah kelemahan, serta
kesehatan akan dihancurkan dengan sakit.
Allah
berfirman :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (٥٤(
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Ar-Ruum : 54)
Seorang pemuda muslim, hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah dan
kecintaan kepada RasulNya shallallahu 'alaihi wasallam. Meskipun mungkin ia
tenggelam dalam sebagian kemaksiatan akan tetapi hatinya tetap tergerak merasa
takut kepada Allah, dan menyesal atas dosa. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
إنَّ الْعَبْدَ إِذَا أخْطَأ خَطِيئَةً، نَكَتَتْ فِي قَلْبهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَر وَتَابَ، صُقِلَتْ، فَإنْ هُوَ عَادَ، زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ فَهُوَ "الرَّانُ" الَّذِي ذَكَرَ الله {كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ{
"Sesungguhnya seorang hamba jika ia melakukan sebuah dosa maka terkotori hatinya dengan sebuah titik hitam. Jika ia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka terkikislah titik hitam tersebut. Jika ia kembali maka ditambahkanlah titik hitam di hatinya hingga titik-titik hitam tersebut mendominasi hatinya. Dan itulah "roon" (penutup hati) yang Allah sebutkan dalam firmannya:
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (١٤(
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS Al-Muthoffifin : 14)
Sebagian
pemuda ada yang mengetahui kesalahannya, mengetahui keharaman apa yang ia
lakukan, akan tetapi ia mengakhirkan dan menunda-nunda taubatnya. Dan
menunda-nunda -yaitu ia berkata, "Aku nanti akan kembali, aku nanti akan
bertaubat"- merupakan penghalang terbesar untuk bertaubat, dan kata
"nanti" atau "akan" merupakan salah satu pasukan Iblis.
Terus
menerusnya sebagian pemuda dalam dosa-dosa merupakan perkara yang sangat
berbahaya, keburukan yang besar. Seorang yang berakal khawatir dengan akibat
dosa-dosa, sesungguhnya nyala apinya tersembunyi dibalik debu. Bisa jadi
hukuman datang terlambat, dan bisa jadi siksaan datang tiba-tiba. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يُمْلِي لِلظَّالِمِ، فَإِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ" ثُمَّ قَرَأَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إن أخذه أليم شديد{
"Sesungguhnya Allah mengulur (menunda siksaan) bagi orang yang berbuat dzolim. Maka jika Allah mengadzabnya maka ia tidak akan lolos" Lalu Nabi membaca firman Allah
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (١٠٢(
"Dan Begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras" (QS Huud : 102)
Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الْعَبْدَ فِي الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ، ثُمَّ تَلا: {فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ {
"Jika engkau melihat Allah Azza wajalla memberikan kepada seorang hamba dunia yang ia sukai padahal ia dalam kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah, maka itu adalah istidroj". Lalu Nabi membaca firman Allah :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS Al-An'aam : 44)
Oleh: Asy-Syaikh Abdul Baari Ats-Tsubaity hafizohulloh
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda
0 komentar:
Posting Komentar